
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri merupakan salah satu fokus utama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang diwujudkan melalui program pendidikan dan pelatihan vokasi. Hal ini bertujuan untuk mendidik dan meluluskan tenaga kerja di sektor industri yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan sektor tersebut, sehingga dapat berkontribusi meningkatkan daya saing dan produktivitasnya.
Pendidikan vokasi industri tidak dapat dilepaskan dari sejarah sektor industri di Indonesia. Misalnya, pendidikan tekstil di Indonesia telah mencapai usia satu abad dan saat ini dikenal sebagai Politeknik Sekolah Tinggi Telnologi Tekstil (STTT) Bandung, salah satu sekolah tinggi vokasi yang dimiliki Kemenperin.
“Sejarah Politeknik STTT Bandung diawali dengan pendirian Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) pada 1 April 1922 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Lembaga tersebut didirikan untuk membina industri tekstil dan mempersiapkan tenaga ahli di bidang tekstil, serta mengembangkan teknik dan peralatan pertenunan,” ujar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan, Sabtu (20/3).
Sehingga, jika dihitung sejak berdirinya TIB, maka Politeknik STTT Bandung secara de facto akan memasuki usia 100 tahun pada tahun 2022. TIB juga merupakan cikal bakal berdirinya dua institusi lainnya di lingkungan Kemenperin, yaitu Balai Besar Tekstil yang juga berlokasi di Bandung dan Balai Besar Batik di Yogyakarta.
Di masa ini, Politeknik STTT Bandung sudah matang dalam perannya sebagai pengemban amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi sekaligus sebagai Centre of Excellence dalam bidang sains dan teknologi tekstil. Hal ini juga diperkuat dengan bidang fesyen yang telah menjadi komoditas pasar yang dengan permintaan yang luar biasa. “Hal ini memacu kami untuk terus meningkatkan kemampuan Politeknik STTT dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian masyarakat,” kata Arus.
Untuk mendukung amanah melahirkan SDM industri tekstil yang berkualitas, Politeknik STTT Bandung meningkatkan kapasitasnya, antara lain melalui pembaruan mesin-mesin dan peralatan pengujian dengan teknologi terkini agar sesuai dengan standar peralatan yang digunakan di industri. Selain itu, meningkatkan kualitas SDM pengajar, meningkatkan kerjasama dengan institusi di dalam dan luar negeri, memperbanyak akses untuk penelitian serta sinergi dengan Balai Besar Tekstil sebagai pusat riset tekstil maupun industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terkait.
Pencapaian 100 tahun pendidikan tekstil Indonesia harus menjadi titik awal bagi Politeknik STTT Bandung dalam mengembalikan kejayaan tektsil Indonesia dan ikut serta dalam mewarnai industri tekstil dunia. “BPSDMI mendukung peran STTT Bandung dalam penerapan Industri 4.0 dengan membangun dan mengembangkan satelit digital PIDI 4.0 di bidang tekstil dan apparel,” ujar Arus.
Satelit digital Politeknik STTT Bandung akan menjadi showcase industri 4.0 di bidang tekstil sekaligus research center pengembangan Industri 4.0, khususnya fuctional textile. Selanjutnya, menjadi pusat pendidikan tekstil dan pusat kerja sama industri 4.0. “Satelit digital Politeknik STTT Bandung memiliki lima pilar utama, yaitu showcase, capability, ecosystem, delivery, dan pemanfaatan teknologi,” imbuhnya.
Direktur Politeknik STTT Bandung, Tina Martina menjelaskan, dengan satelit digital PIDI 4.0 tersebut, dapat dipraktikkan proses produksi TPT dengan teknologi industri 4.0, mulai dari pengukuran tubuh menggunakan body scanner yang memiliki 20 sensor terpasang, kemudian memanfaatkan software CAD untuk membuat pola digital printing, lalu mesin auto cutting yang berfungsi memotong kain menjadi panel garmen, serta mesin jahit untuk proses assembly. “Teknologi 4.0 yang diterapkan antara lain digital SOP, augmented for maintenance, realtime critical parameter, IOT & digital twin, OEE dashboard, shop floor management, digital input pass/fail, QR code & trace ability operator, serta virtual reality tour yang terintegrasi dengan mesin-mesin di knitting integration smart laboratory dan dyeing finishing integration smart laboratory,” Tina menambahkan.
Politeknik STTT Bandung berhasil menjadi Politeknik ketujuh di Indonesia yang meraih predikat akreditasi A. “Peningkatan kualitas pendidikan terus dilakukan dengan mendekatkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri. Pada tahun 2018 kami pun mengembangakan kurikulum dual system yang link and match antara proses pembelajaran di kampus dengan produksi di industri”, jelas Tina.
“Dalam lima tahun terakhir ini, kami berhasil mengembangakan pendidikan kearah vertikal dengan pendirian program Magister Terapan pada tahun 2018 dengan didukung pembangunan gedung Magister Terapan yang memiliki fasilitas riset yang memadai,” ia menjelaskan.
Peringatan seratus tahun Pendidikan Tekstil di Indonesia menjadi istimewa karena sejalan dengan visi pembangunan jangka panjang industri nasional. “Politeknik STTT Bandung pada usianya yang ke 100 ingin menjadi bagian dari pencapaian cita-cita tersebut, khususnya di bidang penyediaan SDM industri terdidik yang terampil dan andal, maupun dalam pengembangan sains dan teknologi tekstil serta feyen di Indonesia, bahkan dunia,” pungkas Tina.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.