
KABARAKTUAL.ID – Sebagai sekolah kejuruan, SMK SMTI Banda Aceh terus mencari terobosan untuk kemajuan sekolah, terutama terkait daya serap lulusannya. Selain konsisten menyiapkan tenaga terampil, sekolah ini juga terus membangun kolaborasi dengan berbagai lembaga mitra dalam melihat peluang kerja bagi alumni.
Persoalan peluang kerja ini menjadi bahasan dalam rapat kerja yang diselenggarakan selama tiga hari, 11-13 Februari 2022, di sekolah yang beralamat di Kampung Mulia Banda Aceh tersebut. Selain guru dan tenaga kependidikan, mereka menghadirkan dua instansi yang memiliki kewenangan dalam hal ketenagakerjaan dan industri, yaitu Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk (Disnakermobduk) dan Dinas Perindustrian Aceh.
Ketika membuka Rakor, Kepala SMK SMTI Banda Aceh, Junaidi, menyampaikan, bahwa kegiatan itu dimaksudkan dalam rangka membangun koordinasi/kolaborasi internal dan eksternal. Dia berharap sinergisitas yang terbangun akan memudahkan pelaksanaan program kerja sekolah itu ke depan, terutama dalam melaksanakan program praktek kerja industri (prakerin).
Dua narasumber yang berbicara pada forum itu, yakni dari Disnakermobduk dan Dinas Perindustrian menyampaikan berbagai hal terkait tantangan dan permasalahan angkatan kerja di Aceh. Keduanya sepakat, bahwa forum Raker seperti yang dilaksanakan SMK SMTI memberi manfaat positif dalam penyusunan program kerja terkait penyiapan SDM menengah di Aceh.
Kepala Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja Disnakermobduk, Aswar, mengatakan, tingkat pengangguran di Aceh berjumlah 6,59 persen dari total penduduk 5,2 juta jiwa. Yang membuat miris, kata dia, angka pengangguran terbesar justeru disumbang oleh lulusan SMK yang mencapai 10,55 dari total pengangguran. “Tapi, saya yakin SMTI tidak termasuk di dalamnya,” ujar Aswar.
Mengutip data BPS tahun 2021, ia menambahkan, secara nasional posisi Aceh berada di urutan 10. Sedangkan rata-rata di Sumatera, jumlah pengangguran Aceh berada di urutan 4.
Dia merinci, dari 23 kabupaten/kota di Aceh, Kota Lhokseumawe memiliki tingkat pengangguran tertinggi yaitu 11,16 persen. Sementara daerah yang paling rendah jumlah penganggurannya adalah Bener Meriah dengan angka 1,24 persen.
Pejabat ini sempat menyinggung kondisi beberapa SMK di Aceh yang penyiapan lulusannya tidak melihat kebutuhan pasar. Dia memberi contoh, ada bantuan mobil listrik dari Pusat, tapi di SMK tidak tersedia pelatihan untuk mobil listrik. “Kalau SMTI bisa menyiapkan tenaga instruktur, kami akan tempatkan sebaga kepala bengkel di BLK,” ujarnya.
Dia mengatakan, itulah sebuah contoh bagaimana pendidikan kejuruan belum disiapkan untuk menjawab kebutuah pasar kerja. Kondisi ini, kata Aswar, menjadi keprihatinan bersama. Lantas, dia mengajak para pemangku kepentingan untuk mencarikan solusi terhadap permasalahan ini, sehingga lulusan SMK bisa mendapatkan peluang kerja dengan bekal yang diperoeh selama pendidikan.